Manhaj Tarbiyah wa Taklim Imam Al-Ghazali rahimahullah [19]

Submitted by admin on Wed, 02/08/2023 - 13:24
Penulis

Bagaimana Sayid Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani rahimahullah meneruskan dan mengembangkan harakah Imam Al-Ghazali rahimahullah? Berawal dari estafet kepemimpinan madrasah Syeikh Abu Said Al-Mukhrami rahimahullah yang diserahkan pada Sayid Abdul Qadir setelah kewafatannya.

Sayid Abdul Qadir kemudian memperbaiki kurikulum pesantren sehingga menjadi universitas yang lebih terkenal dari universitas Nizhamiyah yang didirikan Wazir Nizhamul Mulk rahimahullah. Saking antusianya masyarakat, Sayid harus melakukan perluasan bangunan dan asrama dengan gotong royang masyarakat menyumbangkan harta dan tenaganya untuk membangun pesantren tersebut dan selesai pada tahun 528 H. Selain itu, pesantren Al-Qadariyah membangun pusat perpustakaan besar yang menjadi daya tarik keilmuan dari berbagai wilayah.

Pesantren juga mendapat dukungan kuat dari dermawan yang menanggung gaji para guru serta kafil (beasiswa) bagi santri tak mampu. Di antara dermawan tersebut adalah Ahmad bin Mubarak Al-Mirqa’ati dan Muhammad bin Al-Fath Al-Harwi. Dalam pengelolaan pesantren, Sayid Abdul Qadir membangun organisasi hirarkis dengan mengangkat salah satu muridnya sebagai wakil manajerial khusus mengurus kepondokan yaitu Muhammad bin Utsman bin Makarim An-Nial. Mirip dengan organisasi kepesantrenan modern. Hal ini karena Sayid Abdul Qadir melakukan pengembangan teori Ihya menuju diklat dan praktek dalam pendidikan siyasah dan kepemimpinan.

Dibuktikan dengan kesuksesan beliau mengader putra-putra terbaik pengungsi Palestina dan negeri ribath Syam. Mereka diberikan tarbiyah wa taklim sesuai manhaj yang beliau warisi dari Al-Ghazali serta mengadakan diklat manajemen dan siyasah. Setelah lulus dikembalikan lagi ke bumi ribath Syam untuk beramal di bawah kepemimpinan keluarga Az-Zanki.

Putra-putra Syam yang terkenal alumni Al-Qadariyah yang kemudian menjabat sebagai menteri-menteri Politik dan Pertahanan Sultan Shalahudin Al-Ayubi di antaranya Ibnu Naja Al-Wa’izh, Al-Hafizh Ar-Rahawi, Muwafiqudin Ibnu Qudamah pengarang Kitab Al-Mughni. Selain itu, Syeikh Abdul Qadir juga mengirim kader-kader terbaiknya dari bangsa lain ke Syam bahkan anak kandung beliau Musa dikirim masuk dalam angkatan bersenjata Shalahudin Al-Ayubi untuk berjihad.

Jalinan kerjasama antara Syeikh Abdul Qadir dengan keluarga Az-Zanki merupakan perwujudkan perwalian sesama kaum mukmin untuk saling tolong menolong di atas kebaikan dan takwa. Membuktikan, kerjasama tersebut adalah integrasi antara harakah ishlah Al-Qadariyah dengan harakah jihad zankiyah dan ayubiyah. Juga membuktikan bahwa Sayid Abdul Qadir Jailani memainkan peran penting dalam jihad pembebasan Baitul Maqdis dan bumi Syam secara umum dari invansi Salibis. 

Selain itu, antara tahun 546 - 550 H Sayid membentuk sebuah forum tansiq (aliansi) organisasi yang menaungi para ulama, duat serta lembaga-lembaga pendidikan yang sevisi dengan dakwah Imam Al-Ghazali. Generasi baru yang lahir dari tangan Imam Al-Ghazali yang saat itu belum terorganisir, di arahkan langkahnya dalam sebuah kesatuan amal. 

Sayid, mengumpulkan potensi-potensi tersebut dalam wadah kekuatan jamaah yang beliau disepakati menjadi amirnya. Bahkan telah berdiri sebuah badan yang mempersiapkan pemerintahan baru atau badan pemerintahan sementara setara ahlul hal wal aqdi dari berbagai wilayah yang dianggotai oleh Syeikh Baqa bin Bathu, Syeikh Abu Said Al-Qailawi, Syeikh Ali bin Al-Haiti, Syeikh Ady bin Musafir, Syeikh Musa Az-Zawali, Syeikh Ahmad Ar-Rifai, Syeikh Abdurrahman Ath-Thafsunji, Syeikh Abu Muhammad bin Abdullah, Syeikh Hayah bin Qais, Syeikh Abu Madyan dari Maroko (Maghrib).

Inilah yang telah kami sebutkan sebelumnya bahwa Sayid Abdul Qadir membumikan pemikiran Al-Ghazali dari teoritis menjadi praktek aplikatif. Sebuah jamaah harakah ishlah dan tajdid yang mengomando kekuatan umat secara terukur untuk memperbaiki pemerintahan kaum muslimin dan jihad fisabilillah.

Rabu 16 Rajab 1444
Tulisan ini adalah bagian dari Resensi Kitab Hakaza Dhahara Jailu Shalahiddin wa Hakazha Adat Al-Quds karya DR. Majid ‘Arsan Al-Kailani. Diterbitkan oleh Darul Qalam, Cet ketiga 1423 H (2002)