DR. Majid Rasyid Al-Kailani rahimahullah menjelaskan peran signifikan wanita dalam menguatkan gerakan ishlah dan tajdid mulai dari periode Imam Al-Ghazali rahimahullah di Iran sampai Sayid Abdul Qadir Al-Kailani rahimahullah di Irak. Hasil tarbiyah panjang tersebut meluluskan para ulama dan alim dari kelompok wanita yang menguatkan Daulah Nuriyah (Nurudin Az-Zanki) dan Daulah Shalahiyah (Shalahudin Al-Ayubi).
Peran para wanita utama tersebut seperti sayap gerakan namun tidak tertanzhim. Sehingga dukungan mereka bukan dengan beraktivitas di publik politik atau sosial di luar rumah. Tetapi dengan menguatkan suami yang menjabat sebagai sultan, raja, wazir, ulama, mujahid, pedagang atau rakyat biasa dan mengajar di madrasah-madrasah khusus muslimah.
Nama-nama wanita yang menguatkan pusat pemerintahan di antaranya:
Sayidah Zumurud Khatun binti Jawali istri raja Buri bin Thaftakin rahimahumallah (wafat 558).
Sayidah Zumurud adalah putri dari Sultan Tutusy bin Alip Arsalan penguasa Damaskus. Sultan Tutusy adalah saudara kandung Sultan Mulka Syah, penguasa tertinggi pemerintahan Saljuk di Baghdad.
Sayidah Zumurud seorang ahli quran dan hadits bermazhab Hanafi dikenal sebagai ahli ibadah dan ahli sedekah. Membangun madrasah di Damaskus yang diwakafkan kepada Syeikh Burhanuddin Ali bin Muhammad Al-Balikhi.
Sayidah Ashimah Khatun binti Muiyidin istri Sultan Nurudin Az-Zanki rahimahumallah.
Beliau adalah seorang faqih mazhab Hanafi, zuhud, banyak bersedekah dan ibadah di malam hari. Setelah Sultan Nurudin wafat, Sayidah Ashimah dinikahi oleh Sultan Shalahudin Al-Ayubi.
Sayidah Sitt Asy-Syam Zumurud Khatun binti Ayub saudari Sultan Shalahudin rahimahallah. Beliau menikah dengan Nashirudin Muhammad bin Asaduddin Syirkuh rahimahullah. Membangun dua madrasah yaitu madrasah Sitt Asy-Syam dan madrasah Al-Hisamiyah serta membangun pabrik farmasi dan alat medis khususnya untuk memasok kebutuhan rumah sakit militer mujahidin yang terluka. Semuanya dibiayai dengan sedekah Sayidah Sitt.
Sayidah Rabiah Khatun binti Ayub adik Sayidah Sitt, istri panglima besar Muzhafar Saifudin Qutuz rahimahumullah ta’ala. Membangun dan menafkahi madrasah Rabiah di Damaskus.
Sayidah ‘Adzran binti Syahinsyah bin Ayub, membangun dan menafkahi madrasah Al-‘Adzrawiyah di Damaskus.
Sayida Sitt Al-Iraq binti Ayub dan para putri-putri keluarga Zanki dan Ayubi lainnya.
Para ulama wanita lain diluar keluarga kerajaan jumlahnya lebih banyak. Di antaranya:
Syaikhah Umu Abdul Karim Fathimah binti Sadul Khair Al-Anshary suami Syeikh Zainudin Ali bin Naja murid Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani rahimahumullah. Suami beliau kemudian hari menjadi salah satu penasihat penting Sultan Shalahudin. Berhijrah dari Isfahan ke Irak kemudian ke Damaskus dan Mesir mengikuti tugas suaminya sebagai pejabat negara. Membuka kelas-kelas kajian khusus muslimah diberbagai wilayah selama hijrahnya dan menerima ijazah dari Al-Hafizh Al-Munzhiri, Syeikh Ahmad bin Al-Khair gurunya Imam Adz-Dzahabi.
Syeikhah Musnad Afifah binti Ahmad Al-Farifaniyah rahimahallah yang telah belajar pada 500 ulama. Mendirikan madrasah dan mengajar sampai wafat pada 606 H.
Syeikhah Farimah binti Muhammad bin Ahmad As-Samarqand guru dan penulis berbagai kitab fiqih dan hadits. Sultan Nurudin pernah meminta beberapa fatwa pada beliau.
Syeikhah Syukri binti Sahl bin Bisyri rahimahallah, beliau guru dari Ibnu Asakir dan As-Sam’ani di Damaskus.
Syeikhah Dihnu Al-Lauz rahimahallah ulama Damaskus, Syeikhah Aisyah binti Al-Hafizh Ma’mar bin Al-Fakhir Al-Qursyiah rahimahallah, Syeikhah Zainab binti Abdurrahman bin Al-Hasan An-Naisaburi rahimahallah, Syeikhah Nikmah binti Ali bin Yahya rahimahallah guru Al-Munzhiri dan lain sebagainya.
Imam Al-Munzhiri menulis dalam kitabnya At-Tukmalah Liwafiyat An-Naqlah rincian nama-nama ulama wanita di zaman Daulah Nuriyah dan Shalahiyah yang memiliki peran penting pembebasan Al-Quds.
Rabu 24 Rajab 1444
Tulisan ini adalah bagian dari Resensi Kitab Hakaza Dhahara Jailu Shalahiddin wa Hakazha Adat Al-Quds karya DR. Majid ‘Arsan Al-Kailani. Diterbitkan oleh Darul Qalam, Cet ketiga 1423 H (2002)