Membaca adalah Ibadah

Submitted by admin on Wed, 02/08/2023 - 23:53
Penulis

Ayat pertama yang turun dari Kitab suci pungkasan adalah “iqra” perintah membaca. Perintah teragung dan utama bagi seluruh manusia yang dengannya terbuka pintu semua kebaikan dan hidayah. Pintu ilmu yang tidak ada kebahagiaan manusia kecuali berbekal sedangkan ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan membaca. Karena itu Allah memuliakan hamba-Nya yang membaca dalam firman-Nya:

ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ
“Bacalah dan Rabbmu yang Maha Mulia.” (Al-‘Alaq: 3)

Sejatinya membaca merupakan bentuk pengagungan pada Allah dan asmaul husna. Ayat pertama yang turun adalah perintah membaca Allah dan asmaul husna dalam firman-Nya:

ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ
“Bacalah dengan nama Rabbmu yang telah menciptakan.” (Al-‘Alaq: 1)

Inilah hakikat membaca, yaitu membaca semesta, membaca hakikat penciptaan, membaca peribadatan, membaca untuk mengenal siapa Allah Pencipta alam semesta sebagai rukun rububiyah untuk mengenal uluhiyah dalam firman-Nya:

أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ
“Ingatlah, miliknya penciptaan dan hukum.” (Al-Araf: 54)

Surat Al-‘Alaq juga menjelaskan urutan-urutan membaca. Pertama yang harus dibaca adalah mengenal Allah, kemudian mengenal dirinya sendiri sebagai manusia mengapa ia diciptakan dan untuk apa diciptakan sebagaimana firman Allah:

ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ(1) خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ(2)
“Bacalah dengan nama Rabbmu yang telah menciptakan.(1) Yang telah menciptakan manusia dari sesuatu yang menggantung. (2)” (Al-‘Alaq: 1-2)

Kemudian Allah juga menunjukkan membaca membutuhkan media yaitu lembaran kertas dan pena. Ulama merajihkan pena makhluk pertama yang diciptakan Allah. Dengannya Allah menulis seluruh takdir 50 ribu tahun sebelum penciptaan semesta di atas lembaran bernama lauhul mahfuzh. Allah mengajarkan manusia dengan pena dalam firman-Nya:

ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ
“Yang mengajarkan manusia dengan perantara pena.” (Al-‘Alaq: 4)

Menjadi dalil tidak ada ilmu kecuali dengan pena dan tidak ada ilmu tanpa membaca. Sedangkan tidak ada yang dibaca kecuali harus ada yang tertulis dalam sebuah kitab atau buku. Seperti penamaan Al-Quran yang berasal dari kata qiraah (bacaan), dinamakan juga Kitab dalam firman-Nya:

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ
“Itu adalah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya.” (Al-Baqarah: 2)

Kamis, 18 Rajab 1444H
Disarikan dari kitab Fanul Qiraah Syeikh Umar Mahmud hafizhahullah