Tetapi untuk menunjukkan rahmat Allah ta’ala atas takdir kelemahan makhluknya ini, selanjutnya Allah berfirman sebagai pembuka pintu bagi anak-anak adam:
ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى
“Kemudian Rabbnya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (Thaha: 122)
Putus asa dari rahmat Allah ta’ala menjadi pintu terbesar setan dalam hati orang yang tersesat. Karena itu salah satu nama-nama Allah ta’ala adalah al-ghafur, maknanya Allah mengampuni hamba setelah dia melakukan perbuatan dosa kemudian istighfar. Maka Allah mengampuninya dan memaafkannya, inilah makna al-ghafur. Pintu ini tidak pernah tertutup dan terus menerus memanggil hamba kembali pada ridha ilahi, seperti dalam hadits:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Sesungguhnya Allah azza wa jalla senantiasa membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada siang hari dan Allah senantiasa membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa pada malam hari, dan yang demikian terus berlaku hingga matahari terbit dari barat.”1
-
Diriwayatkan oleh Muslim.↩︎