Bacaan apapun hendaknya tunduk pada keimananmu. Sampaipun bacaan anti agama jadikan untuk menambah keyakinan agamamu, meningkatkan keimananmu dan menciptakan hidayah. Ibaratnya seperti pasukan musuh yang bergerak menuju benteng kaum muslimin; akan menciptakan keimanan, jihad, ibadah, doa, tsiqah pada Allah dan persatuan umat Islam. Keberadaan musuh menjadi sebab update pengajaran keimanan di desa, teritorial atau benteng tersebut.
Potret ini harus selalu kita ingat; mobilisasi pasukan musuh menyerang benteng dari benteng-benteng kaum muslimin menciptakan kebaikan. Antum akan menyaksikan masyarakat bersatu padu melakukan perlawanan, inilah amal keimanan. Antum melihat para fakir miskin berdoa pada Allah seperti dalam hadits:
إنما تنصرون وترزقون بضعفائكم
"Sesungguhnya kalian hanya ditolong dan diberi rezeki oleh dhuafa-dhuafa kalian."
Antum menyaksikan masyarakat mati syahid, sebuah kematian pilihan dari Allah. Antum melihat masyarakat mengorbankan harta benda. Demikianlah, adanya musuh menjadi penyebab tumbuhnya pengajaran-pengajaran keimanan di benteng tersebut.
Seperti itulah apabila ada perkataan buruk, perkataan setan yang menuju hati mukmin, akan menjadi sebab tampaknya pengajaran keimanan. Dia akan kembali pada Al-Quran untuk membantahnya, dia akan menelaah tarikh Islam, dia akan beristighatsah pada Allah. Demikianlah, perbuatan buruk musuh akan menciptakan kebaikan pada hati orang beriman karena bacaannya tersebut.
Kalau begitu, perhatikan! Bacalah buku walaupun milik musuh. Bacalah agar bertambah keimananmu, agar bertambah cahaya dzikir subhanallah, agar antum terus bertasbih dan bertahmid, mentauhidkan Allah dan mengagungkan-Nya, agar terus mengucapkan kalimat baqiyah shalihah.
Penjelasan-penjelasan kami ini mengisyaratkan setiap muslim tidak perlu takut membaca buku karya musuh Allah. Orang-orang terdahulu tidak takut membaca. Dahulu mereka membaca syair-syair jahiliyah dengan semua prosa yang tertuang; di dalamnya terdapat perkataan kekufuran, kata-kata yang tak pantas seperti pada syair Imru Al-Qais. Didalamnya terdapat kesombongan jahiliyah, pujian pada kezhaliman, ajakan pada kezhaliman dan berbagai hal. Namun orang-orang terdahulu tetap membacanya untuk mendapatkan kebaikan dari bacaan. Mereka mengambil daging yang bisa di konsumsi dan meninggalkan racunnya.
Dari sini, tidak ditemukan bacaan untuk membersihkan. Artinya, orang yang membaca kitab-kitab turats lalu ingin membersihkan -sebagaimana mereka sangka- dengan memberikan komentar di dalamnya, mereka telah melakukan kesalahan.
Hendaknya kita membedakan antara aktivitas yang menghasilkan pengetahuan dengan sesuatu yang hanya mengolok-olok. Mengapa Allah memerintahkan kita tidak bermajelis dengan orang-orang yang memperolok-olok ayat-ayat Allah dalam firman-Nya:
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ
"Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka." (Al-An'am: 68)
Mengapa perintah ini? Karena hanya bermajelis untuk mendengarkan celaan dan penghinaan. Tetapi jika mereka ingin mengajak diskusi dan debat hendaknya antum duduk bersama mereka dan teguh pada pendirian antum. Antum mendebat dan berdiskusi di atas al-haq. Syaratnya antum memiliki senjata (ilmu), maka tidak diperkenankan siapa yang tidak memiliki senjata turun ke medan laga menantang duel.
Wajib bagi siapapun yang hendak turun ke medan perang dan disegani lawan menguatkan dirinya terlebih dahulu, berlatih terlebih dahulu dan mahir menggunakan senjata di medan pertempuran. Karena itu kami menyerukan meninggalkan bacaan untuk membersihkan, tetapi bacaan tersebut hanyalah untuk kesatria yang mampu terlibat pertempuran.
Bersambung...
Diringkas dan diterjemahkan oleh Zen Ibrahim hafizhahullah dari Kitab Alfu Kitab Qabla Mamat Juz 1 Pasal Munaqasyah Kitab Al-Mu'tah karya Shahla Al-Haeri.
Ahad 28 Rabiul Akhir 1445 H